Beranda | Artikel
Apa Itu Iman dan Penjelasan Perangai-Perangai Iman
Selasa, 22 Februari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Apa Itu Iman dan Penjelasan Perangai-Perangai Iman merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 18 Rajab 1443 H / 20 Februari 2022 M.

Kajian Hadits Apa Itu Iman dan Penjelasan Perangai-Perangai Iman

Dari Abu Sa’id Al-Khudri -semoga Allah meridhainya- bahwasanya ada beberapa orang dari Abdul Qais datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka berkata:

“Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami sebuah perkampungan dari Rabiah. Dan antara kami dan engkau ada sebuah daerah dari Kuffar Mudhar. Dan kami tidak mampu untuk datang kepadamu kecuali di bulan-bulan haram saja, maka perintahkan kepada kami dengan sebuah perintah yang kami akan perintahkan dengannya orang-orang yang ada di belakang kami dan kami pun bisa masuk surga dengannya apabila kami mengambil perintah tersebut.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

آمُرُكُمْ بِأَرْبَعٍ, وَأَنْهَاكُمْ عَنْ أَرْبَعٍ, اعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا, وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ, وَآتُوا الزَّكَاةَ, وَصُومُوا رَمَضَانَ, وَأَعْطُوا الْخُمُسَ مِنْ الْغَنَائِمِ, وَأَنْهَاكُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ (الدُّبَّاءِ – وَالْحَنْتَمِ – وَالْمُزَفَّتِ – وَالنَّقِيرِ)

“Aku perintahkan kalian dengan empat dan aku larang kalian dari empat: hendaklah kalian beribadah kepada Allah saja dan jangan sekutukan Allah sedikitpun juga, dan kamu mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa ramadhan, dan membayar seperlima dari ghanimah. Dan aku larang dari kalian empat bejana: dari Ad-Dubba’, Hantam, Muzaffat, dan an-Naqir.”

Mereka berkata: “Wahai Nabi Allah, apa ilmumu tentang An-Nakir?”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

بَلَى جِذْعٌ تَنْقُرُونَهُ فَتَقْذِفُونَ فِيهِ مِنْ (الْقُطَيْعَاءِ)

“Batang kurma yang kalian lubangi lalu kalian masukkan kurma muda yang kecil.”

Berkata Sa’id: “Atau dari kurma kemudian kalian masukkan padanya air. Sehingga apabila telah tenang mendidih, kalianpun kemudian meminumnya sehingga salah seorang dari kalian ada yang memukul anak pamannya dengan pedang (karena mabuk)!”

Dan di kaum itu ada seorang laki-laki yang terkena sabetan pedang. Dia berkata: “Aku menyembunyikannya karena aku malu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian aku berkata: ‘Lalu di bejana apa kami minum, wahai Rasulullah ?`”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

فِي (أَسْقِيَةِ الْأَدَمِ) الَّتِي يُلَاثُ عَلَى أَفْوَاهِهَا

“Minumlah dari bejana yang terbuat dari kulit yang mulutnya itu diikat.”

Kemudian kami kami berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di negeri kami banyak tikus dan tidak ada bejana kulit yang bisa awet.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَإِنْ أَكَلَتْهَا الْجِرْذَانُ وَإِنْ أَكَلَتْهَا الْجِرْذَانُ, وَإِنْ أَكَلَتْهَا الْجِرْذَانُ

“Walaupun dimakan tikus, walaupun dimakan tikus, walaupun dimakan tikus.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais:

إِنَّ فِيكَ لَخَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ, الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ

“Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai oleh Allah, yaitu sifat halim dan sifat anah.” (HR. Muslim)

Ad-Dubba’, Hantam, Muzaffat, dan an-Naqir adalah nama-nama bejana dimana bejana-bejana ini sangat mudah sekali merubah buah menjadi arak. Sehingga pemiliknya tidak terasa ternyata sudah menjadi arak. Kenapa Nabi melarang mereka dari empat bejana ini? Yaitu karena mereka orang-orang yang baru masuk Islam. Dan sudah menjadi kebiasaan orang-orang arak setiap hari pasti minum arak. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang bejana-bejana ini dalam rangka untuk menutup pintu jangan sampai mereka kembali minum arak.

Sifat Halim artinya mampu untuk menahan diri saat emosi atau tidak cepat emosi. Adapun Al-Anah artinya tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap.

Dari hadits ini kita ambil faedah:

Rihlah Untuk Menuntut Ilmu

Disyariatkan mengadakan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu. Dan sudah pernah kita sebutkan bahwa yang pertama kali melaksanakan rihlah dalam menuntut ilmu adalah Nabi Musa ‘Alaihis Shalatu was Salam. Padahal Nabi Musa jauh lebih berilmu dan lebih utama daripada Nabi Khidir. Tapi ternyata Nabi Musa minta kepada Allah untuk bisa ketemu Khidir  agar bisa menuntut ilmu.

Menghormati Bulan Haram

Masyarakat jahiliyah terdahulu masih tersisa padanya agama Nabi Ibrahim. Di antaranya yaitu mereka sangat menghormati bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab).

Bulan haram adalah bulan yang menjadi besar dosa-dosa manusia dan perbuatan dzalim. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan dalam surah At-Taubah:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ…

“Sesungguhnya jumlah bulan di hari Allah menciptakan langit dan bumi ada 12 bulan, di antaranya yaitu empat bulan haram. Itulah agama Allah yang lurus, maka janganlah kalian berbuat dzalim di bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah[9]: 36)

Padahal berbuat dzalim di selain bulan haram juga tidak diperbolehkan, tapi kenapa Allah mengkhususkan “jangan berbuat dzalim di bulan-bulan haram?” Kata para ulama artinya perbuatan dzalim di bulan-bulan haram itu menjadi besar dimata Allah, baik itu dzalim terhadap diri sendiri, apalagi dzalim kepada orang lain.

Makanya hati-hati, dosa yang kita lakukan (di bulan haram) berbeda dibandingkan dengan selain bulan haram.

Pada masyarakat jahiliyah terdahulu masih tersisa padanya agama Nabi Ibrahim, mereka sangat menghormati bulan-bulan haram itu. Maka kita seharusnya kaum muslimin harusnya lebih dari mereka dalam menghormati bulan haram. Jangan sampai keluar bulan haram ternyata kita tekor (lebih banyak dosanya dibandingkan amalan shalihnya).

Makna Iman dan Islam

Iman dan Islam adalah dua kata yang apabila bertemu di dalam satu kalimat, maka berpisah maknanya. Dan apabila berpisah dalam kalimat yang berbeda, maka bertemu maknanya.

Maka kalau bertemu dalam satu kalimat (disebut Iman dan Islam), maka maknanya berbeda. Iman itu rukun iman, sedangkan Islam adalah rukun Islam. Tapi kalau disebutkan iman saja, maka masuk padanya makna Islam. Dan apabila disebut Islam saja, maka masuk padanya makna iman. Hal ini karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sini berkata: “Aku perintahkan kalian untuk beriman kepada Allah. Tahukah kalian apa itu iman kepada Allah?” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menafsirkan dengan Islam.

Sehingga dijadikan kaidah oleh para ulama, berarti iman dan Islam itu kalau bertemu dalam satu kalimat makanya berpisah. Dan apabila disebutkan Islam saja maka masuk padanya makna iman. Dan apabila disebutkan iman saja maka masuk padanya makna Islam.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51441-apa-itu-iman-dan-penjelasan-perangai-perangai-iman/